Rabu, 04 Januari 2012

Penyuluhan Karies Pada Gigi


Karies Pada GiGI

A.   Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sehingga terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,
serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil.

Tujuan khusus dari upaya kesehatan adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan
kecacatan dari penyakit menular dan penyakit tidak menular, meningkatkan dan memantapkan
mutu pelayanan kesehatan dasar.2 Kesehatan menjadi sangat berharga ketika ada gangguan.
Gejala awal suatu penyakit seringkali tidak diperhatikan atau dianggap tidak terlalu penting.
Kecenderungan ini juga terjadi pada penyakit gigi.

Gigi yang sehat tidak cukup hanya rapi dan putih saja tetapi harus didukung oleh gusi,
akar dan tulang pendukung yang sehat. Gigi akan berfungsi dengan baik apabila gigi tersebut
dalam keadaan sehat, sebaliknya gigi dan mulut yang tidak sehat akan menimbulkan masalah.

Karies gigi dapat menyebabkan focal infection dental origin atau focal infection (FI)
yaitu infeksi kronis di suatu tempat yang memicu penyakit di tempat lain. FI terjadi ketika
mikroorganisme yang berasal dari gigi dan mulut menyebabkan infeksi atau penyakit di bagian
tubuh yang lain. Infeksi di akar gigi maupun di jaringan penyangga gigi melibatkan lebih dari
350 bakteri dan mikroorganisme, karena letak infeksinya sangat dekat dengan pembuluh darah,
produk bakteri berupa toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh. Hal ini lah yang mengakibatkan
terganggunya organ-organ tubuh antara lain jantung, hati, ginjal dan pada ibu hamil dapat
mengakibatkan bayi yang dilahirkan memiliki berat badan lahir rendah.
            Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000, analisis data prevalensi karies
berdasarkan indeks DMF-T (D=decayed=gigi yang karies, M=missed=gigi yang hilang,
F=filled=gigi yang ditambal, T=teeth=gigi permanen) di beberapa negara adalah sebagai berikut,
negara Amerika 2,05%, negara Afrika 1,54%, negara Asia Tenggara 1,53%, negara Eropa 1,46%
dan negara bagian Barat Pasifik 1,23%.
           
Berdasarkan data WHO (2000) yang diperoleh dari enam wilayah WHO (AFRO, AMRO,
EMRO, EURO, SEARO, WPRO) menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman karies (DMF-T)
pada anak usia 12 tahun adalah 2,4 artinya setiap anak memiliki gigi dengan tumpatan/tambalan,
tapi ada karies (Jika DMF-T = 0,artinya permukaan gigi sehat/keras. Hal ini diperoleh dari kode
pemeriksaan karies dengan indeks WHO). Indonesia sebagai salah satu negara anggota SEARO
(South East Asia Regional Offices) memiliki indeks DMF-T rata-rata 2,2 untuk kelompok usia
yang sama.4,6 Hal ini masih jauh dari target WHO di mana indeks DMF-T pada tahun 2010
adalah 1,0.
            Di Indonesia, Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, dengan
jumlah sampel 65.664 rumah tangga di perkotaan dan pedesaan menunjukkan bahwa persentase
penduduk selama satu bulan, sakit gigi paling tinggi di perkotaan adalah Provinsi Kalimantan
Tengah 7,46% yang paling rendah di Provinsi Sulawesi Utara 1,98% dan di pedesaan paling
tinggi di Kalimantan Timur 7,57% yang paling rendah di Provinsi Nusa Tenggara Barat 1,60%.
Kesadaran dan perilaku masyarakat dalam mencari pengobatan masih rendah, dapat diukur
dengan ratio tindakan penambalan berbanding pencabutan di puskesmas adalah 1:4.
            Menurut SKRT 1995, indeks DMF-T anak umur 12 tahun menunjukkan rata-rata 2,21
dengan angka prevalensi sebesar 76,90%. Hasil SKRT tahun 1997 pada kelompok usia 18 tahun
prevalensi karies masih cukup tinggi yaitu 83,50% dengan DMF-T rata-rata 2,68.
                Hasil studi SKRT 2001 diperoleh prevalensi karies pada penduduk usia 10 tahun ke atas
sebesar 70% yakni pada usia 12 tahun sebesar 43,9%, usia 15 tahun mencapai 37,4%, usia 18
tahun 51,1%, usia 35-44 tahun 80,1% dan usia 65 tahun ke atas mencapai 96,7%. Susenas
(Survei Kesehatan Nasional, 2001) melaporkan sebesar 1,2% penduduk Indonesia menyatakan
pernah sakit gigi satu bulan yang lalu dan meningkat pada golongan umur yang lebih tinggi, di
mana keluhan tertinggi adalah pada golongan umur 35-39 tahun sebesar 1,8% dan rata-rata lama
terganggunya sekolah, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari akibat sakit gigi adalah 4 hari.
                Hal yang memperihatinkan dalam SKRT 2001 adalah motivasi untuk menambal gigi
masih sangat rendah yaitu 4-5%, sementara besarnya kerusakan gigi yang belum ditangani di
mana memerlukan penambalan atau pencabutan mencapai 82,5%, dan diketahui pula bahwa ratarata. 16 gigi sudah dicabut pada umur 65 tahun ke atas.
            Selanjutnya pada SKRT 2004 dilaporkan bahwa prevalensi karies telah mencapai 90,05%
yang berarti hampir seluruh penduduk Indonesia menderita karies gigi.
            Hasil survei yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1994-1995 pada anak
usia 12 tahun angka prevalensi karies dan periodontal (penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri yang terakumulasi dalam plak yang menyebabkan gingiva mengalami keradangan/gusi
membengkak dan mudah berdarah) sebesar 74,41% dengan DMF-T rata-rata sebesar 2,50 di
mana angka prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Utara yaitu sebesar 96,67% dengan
DMF-T rata-rata 4,12 sedangkan prevalensi terendah terdapat di provinsi Jawa Tengah yaitu
sebesar 50,67% dengan DMF-T rata-rata 1,27. Di Sumatera Utara angka prevalensi karies yaitu
sebesar 60,00% dengan DMF-T rata-rata 2,46.
                Menurut penelitian Putri Syarah di Klinik Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi (FKG)
Universitas Sumatera Utara (USU) tahun 2008 didapatkan penderita karies gigi permanen
sebanyak 275 orang.
                Jumlah penderita karies gigi yang diperoleh saat pengumpulan data di RSUD. Dr.
Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir pada tahun 2008 sebanyak 158 orang.
            Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik
penderita karies gigi permanen yang berobat di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan
Kabupaten Samosir Tahun 2008.


B.   Pembahasan
Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian. Penyakit ini telah dikenal sejak masa lalu, berbagai bukti telah menunjukkan bahwa penyakit ini telah dikenal sejak zaman perunggu, zaman besi, dan zaman pertengahan  Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi perubahan dari pola makan. Kini, karies gigi telah menjadi penyakit yang tersebar di seluruh dunia.
Bukti arkeologis menunjukkan bahwa karies gigi sudah ada sejak masa prasejarah. Sebuah tengkorak yang diperkirakan berasal dari satu juta tahun yang lalu dari masa neolitikum memberi petunjuk adanya karies. Adanya peningkatan prevalensi karies sejak masa neolitikum mungkin disebabkan banyaknya konsumsi makanan dari tumbuhan yang banyak mengandung karbohidrat. Sebuah gurdi atau bor dari kayu ditemukan pada masa neolitikum. gurdi tersebut diperkirakan digunakan sebagai pelubang gigi untuk mengeluarkan abses dari gigi. Perubahan kebudayaan berupa penemuan teknik pertanian di Asia Selatan dipercayai juga sebagai salah satu peningkat prevalensi karies.
Pada 1890-an, W.D. Miller memulai rangkaian penelitian untuk menyelidiki perihal penyakit karies gigi. Ia menemukan bahwa ada bakteri yang hidup di rongga mulut dan mengeluarkan asam sehingga melarutkan struktur gigi ketika terdapat sisi karbohidrat. Penjelasan ini dikenal sebagai teori karies kemoparasitik. Penemuan Miller, bersamaan penelitian terhadap plak gigi oleh G.V. Black dan J.L. Williams, membuat sebuah dasar sebagai penjelasan patofisiologi karies yang diterima hingga kini.
Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan Amerika Latin. Prevalensi terendah terdapat di Afrika. Di Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma. Karies merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak. Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari limapuluh tahun mengalami karies. Jumlah kasus karies menurun di berbagai negara berkembang, karena adanya peningkatan kesadaran atas kesehatan gigi dan tindakan pencegahan dengan terapi florida.
 

Ø  Klasifikasi

Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan, dan jaringan keras yang terkena.
Ø  Lokasi
Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi.
Ø  Laju Penyakit
Laju karies dapat membagi karies menjadi karies akut dan kronis. Karies rekuren berarti karies yang terjadi pada bekas karies terdahulu.

Ø  Jaringan Keras Yang Terpengaruh
Berdasarkan pada jaringan keras yang terpengaruh, karies dapat dibedakan menjadi karies yang memengaruhi enamel, dentin, atau sementum. Pada awal perkembangannya, karies mungkin hanya memengaruhi enamel. Namun ketika karies semakin luas, dapat memengaruhi dentin. Sementum adalah jaringan keras yang melapisi akar gigi, maka sementum dapat terkena bila akar gigi terbuka.
Ø  Penyebab
Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu.
v  Gigi
Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor risiko terkena karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1 dari 718 hingga 14.000 orang, ada penyakit di mana enamel tidak terbentuk sempurna. Dentinogenesis imperfekta adalah ketidaksempurnaan pembentukan dentin. Pada kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah penyebab utama dari karies.
Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.
v  Bakteri
Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli di antaranya. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus, Nocardia spp., dan Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada plak.

v  Waktu
Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. PH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam.
v  Factor Lainya
Selain empat faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan karies.Air liur dapat menjadi penyeimbangan lingkungan asam pada mulut. Terdapat keadaan dimana air liur mengalami gangguan produksi, seperti pada sindrom Sjögren, diabetes mellitus, diabetes insipidus, dan sarkoidosis. Karies yang merajalela karena penggunaan metamfetamin.Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan dapat memengaruhi produksiair liur. Terapi radiasi pada kepala dan leher dapat merusak sel pada kelenjar liur. Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies. Tembakau adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat menyusutkan gusi. Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami demineralisasi.
Karies botol susu atau karies kanak-kanak adalah pola lubang yang ditemukan di anak-anak pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang atas, namun kesemua giginya dapat terkena juga. Sebutan "karies botol susu" karena karies ini sering muncul pada anak-anak yang tidur dengan cairan yang manis (misalnya susu) dengan botolnya. Sering pula disebabkan oleh seringnya pemberian makan pada anak-anak dengan cairan manis.Ada juga karies yang merajalela atau karies yang menjalar ke semua gigi. Tipe karies ini sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia, kebersihan mulut yang buruk, pengonsumsi gula yang tinggi, dan pengguna metamfetamin karena obat ini membuat mulut kering.  Bila karies yang parah ini merupakan hasil karena radiasi kepala dan leher, ini mungkin sebuah karies yang dipengaruhi radiasi.
Ø  Tanda dan Gejala
Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit berkembang lama. Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau reversibel, namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif.
Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang buruk.  Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.
C.   Tujuan
Memberikan penyuluhan mengenai tindakan preventif dan pengendalian penyakit-penyakit yang sering dialami oleh masyarakat.
D.   Materi Penyuluhan
Judul : Karies Pada Gigi
Media yang digunakan :   1. Laptop
                                          2. LCD
                                          3. Micropon
                                          4. Brosur
Sasaran Penyuluhan
·         Anak-anak khususnya SD dan SMP
·         Para orang tua
·         Masyarakat didaerah-daerah terpencil
Wilayah Penyuluhan
            Didesa-desa dan sekolah-sekolah terpencil
Tempat dan Acara Penyuluhan
§  SD 03 Tanjung, Lombok Utara
Yang Akan Diundang
§  Perawat
§  Dokter
§  Pekerja Sosial
Materi Penyuluhan
*      Penyebab
Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu.
o   Gigi
Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor risiko terkena karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1 dari 718 hingga 14.000 orang, ada penyakit di mana enamel tidak terbentuk sempurna. Dentinogenesis imperfekta adalah ketidaksempurnaan pembentukan dentin. Pada kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah penyebab utama dari karies.
Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.
o   Bakteri
Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli di antaranya. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus, Nocardia spp., dan Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada plak.

o   Waktu
Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. PH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam.
o   Factor Lainya
Selain empat faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan karies.Air liur dapat menjadi penyeimbangan lingkungan asam pada mulut. Terdapat keadaan dimana air liur mengalami gangguan produksi, seperti pada sindrom Sjögren, diabetes mellitus, diabetes insipidus, dan sarkoidosis. Karies yang merajalela karena penggunaan metamfetamin.Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan dapat memengaruhi produksiair liur. Terapi radiasi pada kepala dan leher dapat merusak sel pada kelenjar liur. Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies. Tembakau adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat menyusutkan gusi. Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami demineralisasi.
Karies botol susu atau karies kanak-kanak adalah pola lubang yang ditemukan di anak-anak pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang atas, namun kesemua giginya dapat terkena juga. Sebutan "karies botol susu" karena karies ini sering muncul pada anak-anak yang tidur dengan cairan yang manis (misalnya susu) dengan botolnya. Sering pula disebabkan oleh seringnya pemberian makan pada anak-anak dengan cairan manis.Ada juga karies yang merajalela atau karies yang menjalar ke semua gigi. Tipe karies ini sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia, kebersihan mulut yang buruk, pengonsumsi gula yang tinggi, dan pengguna metamfetamin karena obat ini membuat mulut kering.  Bila karies yang parah ini merupakan hasil karena radiasi kepala dan leher, ini mungkin sebuah karies yang dipengaruhi radiasi.
*      Definisi
Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian. Penyakit ini telah dikenal sejak masa lalu, berbagai bukti telah menunjukkan bahwa penyakit ini telah dikenal sejak zaman perunggu, zaman besi, dan zaman pertengahan  Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi perubahan dari pola makan. Kini, karies gigi telah menjadi penyakit yang tersebar di seluruh dunia.
*      Diagnose
Diagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada semua permukaan gigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan eksplorer. Radiografi gigi dapat membantu diagnosis, terutama pada kasus karies interproksimal. Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata telanjang. Karies yang tidak ekstensif dibantu dulu dengan menemukan daerah lunak pada gigi dengan eksplorer.
Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan eksplorer untuk menemukan karies. Pada kasus dimana sebuah daerah kecil pada gigi telah mulai terjadi demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan melalui eksplorer dapat merusak dan membuat lubang.Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum berlubang adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka, untuk membuang embun, dan mengganti peralatan optik. Hal ini akan membentuk sebuah efek "halo" dengan mata biasa. Transiluminasi serat optik direkomendasikan untuk mendiagnosis karies keci
*      Tanda dan Gejala
Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit berkembang lama. Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau reversibel, namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif.
Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang buruk.  Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.
*      Pencegahan
§  Kebersihan Mulut
Kebersihan perorangan terdiri dari pembersihan gigi yang baik. Kebersihan mulut yang baik diperluklan untuk meminimalisir agen penyebab penyakit mulut dan membuang plak gigi. Plak tersebut mengandung bakteri.  Karies dapat dicegah dengan pembersihan dan pemeriksaan gigi teratur.
§  Pengaturan Makanan
Untuk kesehatan gigi, pengaturan konsumsi gula penting diperhatikan. Gula yang tersisa pada mulut dapat memproduksi asam oleh bakteri. Pengonsumsian permen karet dengan xilitol dapat melindungi gigi. Permen ini telah popler di Finlandia. Efek ini mungkin disebabkan ketidakmampuan bakteri memetabolisme xilitol.
§  Tindakan Pencegahan Lainya
Terapi florida dapat menjadi pilihan untuk mencengah karies. Cara ini telah terbukti menurunkan kasus karies gigi. Florida dapat membuat enbamel resisten terhadap karies. Florida sering ditambahkan pada pasta gigi dan cairan pembersih mulut.
Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa pemberian radiasi laser intensitas rendah dengan laser ion argon dapat mencengah karies enamel dan lesi daerah bercak putih. Sedang dikembangkan pula, vaksin untuk melawan bakteri karies. Pada 2004, vaksin ini telah berhasil diujicobakan pada hewan, dan uji coba klinis pada manusia pada Mei 2006
*      Perawatan
Struktur gigi yang rusak tidak dapat sembuh sempurna, walaupun remineralisasi pada karies yang sangat kecil dapat timbul bila kebersihan dapat dipertahankan. Untuk lesi yang kecil, florida topikal dapat digunakan untuk merangsang remineralisasi. Untuk lesi yang besar dapat diberikan perawatan khusus. Perawatan ini bertujuan untuk menjaga struktur lainnya dan mencegah perusakan lebih lanjut.
Secara umum, pengobatan lebih awal akan lebih nyaman dan murah dibandingkan perawatan lanjut karena lubang yang lebih buruk. Anestesi lokal, oksida nitro, atau obat lainnya dapat meredam nyeri. Pembuangan bor dapat membuang struktur yang sudah berlubang. Sebuah alat seperti sendok dapat membersihkan lubang dengan baik. Ketika lubang sudah dibersihkan, maka diperlukan sebuah teknik penyembuhan untuk mengembalikan fungsi dan keadaan estetikanya.
Material untuk penyembuhan meliputi amalgam, resin untuk gigi, porselin, dan emas. Resin dan porselin dapat digunakan untuk menyamakan warna dengan gigi asal dan lebih sering digunakan. Bila bahan di atas tidak dapat digunakan, maka diperlukan zat crown yang terbutat dari emas, porselin atau porselin yang dicampur logam.
Pada kasus tertentu, diperlukan terapi kanal akar pada gigi. Terapi kanal gigi atau terapi endodontik, direkomendasikan bila pulpa telah mati karena infeksi atau trauma. Saat terapi, pulpa, termasuk saraf dan pembuluh darahnya, dibuang. Bekas gigi akan diberikan material seperti karet yang disebut gutta percha. Pencabutan atau ekstraksi gigi juga menjadi pilihan perawatan karies, bila gigi tersebut telah hancur karena proses pelubangan.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar